Semarang, 7 Mei 2025 — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (UNDIP) menyelenggarakan kuliah tamu internasional bertajuk “Media Sosial dan Politik di Asia Tenggara,” yang menghadirkan akademisi terkemuka Prof. Merlyna Lim dari Carleton University, Kanada. Acara ini merupakan bagian dari inisiatif FISIP UNDIP untuk mempromosikan internasionalisasi pendidikan dan memperkuat kontribusi akademisnya dalam studi politik digital dan demokrasi global.
Kuliah tersebut dilaksanakan di Ruang Teater FISIP UNDIP dan dihadiri sekitar 150 peserta, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf akademik dari berbagai departemen di FISIP UNDIP. Tema yang diangkat berfokus pada peran krusial media sosial dalam perkembangan politik di Asia Tenggara, termasuk implikasi sosial, algoritma digital, serta tantangan demokrasi di era konektivitas global.
Dalam sambutan pembukaannya, Wakil Dekan I FISIP UNDIP, S. Rouli Manalu, S.Sos., MCommSt., Ph.D., menekankan bahwa media sosial bukanlah ruang netral dalam komunikasi politik. Algoritma yang ada di dalamnya memainkan peran penting dalam membentuk narasi politik dan opini publik. Sementara itu, Wakil Rektor IV UNDIP, Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., memberikan pengantar mengenai tema kuliah, dengan menyoroti bahwa demokrasi digital bukan sekadar transisi dari sistem offline ke online, tetapi sebuah inovasi yang memperkaya proses demokrasi itu sendiri. Ia juga menegaskan bagaimana fenomena seperti “buzzers” dan algoritma media sosial dapat memengaruhi praktik demokrasi, baik secara positif maupun negatif.
Sebagai Canada Research Chair di bidang Digital Media dan Global Network Society, Prof. Merlyna Lim dikenal luas sebagai pakar dalam bidang media, politik, dan masyarakat digital. Dalam presentasinya mengenai bukunya “Social Media and Politics in Southeast Asia”, Prof. Lim membahas kurangnya literatur mengenai media sosial dan demokrasi yang menjadi latar belakang penulisan bukunya. Buku ini bertujuan untuk mengupas bagaimana media sosial kini digunakan dalam dialektika politik dan bagaimana algoritma lebih mewakili identitas pengguna. Salah satu kutipan menarik dari Prof. Lim dalam presentasinya adalah, “Algoritma tidak pernah membuat kesalahan, yang dimanipulasi adalah perasaan.”
Selain presentasi dari Prof. Lim, acara ini juga menyertakan sesi diskusi dengan tanggapan dari akademisi FISIP UNDIP, di antaranya Dr. Yuwanto, M.Si., dosen dari Departemen Politik dan Pemerintahan. Sebagai responden pertama, Dr. Yuwanto menekankan bahwa media sosial berperan sebagai alat untuk demokratisasi, namun juga dapat memperburuk polarisasi politik melalui penyebaran disinformasi. Ia secara khusus menyoroti bagaimana buku ini memberikan eksplorasi yang menarik mengenai algoritma yang membentuk lanskap politik saat ini. Respon kedua disampaikan oleh Dr. Nurul Hasfi, M.Si., dosen dari Departemen Komunikasi. Dr. Hasfi menekankan nilai buku ini sebagai referensi bagi peneliti yang berfokus pada isu demokrasi digital dan kontribusinya di bidang teoretis, praktis, dan sosial.
Setelah kuliah tamu, acara dilanjutkan dengan diskusi publik bertemakan “Memahami Politik Algoritma dalam Media Sosial.” Sesi ini memberi kesempatan bagi peserta untuk bertukar pendapat dengan Prof. Lim, yang dimoderatori oleh Hanifa Maylasari, S.IP., M.Sos. Diskusi ini berfokus pada efek biner yang ditemukan di media sosial, yang disamakan dengan pedang bermata dua. Sesi publik ini mengajak masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial.
Diskusi diakhiri dengan seruan kepada akademisi dan masyarakat untuk secara aktif mendorong transparansi algoritma dan terlibat dalam aksi kolektif untuk menjaga ruang sipil sebagai bagian dari demokrasi digital yang sehat.
0 Komentar