Semarang — Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Birokrasi dan Pemerintahan, Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Transparency Internasional (TI) Indonesia mengadakan workshop antikorupsi untuk mahasiswa dengan tajuk “Pelatihan Investigasi dan Pemetaan Aktor Korupsi” pada Rabu, 26 November 2025, di Ruang Pusat Kegiatan Mahasiswa, Gedung D FISIP Undip. Pelatihan ini berlangsung selama tiga jam dari pukul 12.30 – 15.30 diikuti oleh mahasiswa dari 6 perguruan tinggi, yakni Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Semarang (USM), Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, dan UIN Salatiga.
Pelatihan ini adalah sesi lanjutan dari kegiatan di pagi harinya, yakni Diskusi Publik berjudul “Demokrasi, Kebijakan, dan Masa Depan Ruang Sipil”, yang menghadirkan tiga pembicara, yakni Danang Widoyoko, Ph.D selaku Sekretaris Jenderal TI Indonesia, Dr. Kushandajani, M.S., dosen FISIP Undip, dan Zakki Amali, Manajer Riset Trendasia.org. Diskusi yang di hadiri lebih dari 180 mahasiswa dari berbagai program studi ini menyoroti terutama soal potensi titik-titik baru korupsi, yang mulai bermunculan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Setelah istirahat usai seminar, ke-36 peserta pelatihan yang sudah diseleksi sebelumnya, melanjutkan sesi pelatihan yang dikelola langsung oleh tim Transparency Internasional (TI) Indonesia yang dibantu oleh beberapa Dosen Ilmu Pemerintahan Undip sebagai fasilitator. Tidak tanggung-tanggung, Sekjend TII, Danang Widoyoko, turun langsung untuk memberikan landasan basic dalam memahami persoalan korupsi dari berbagai sisi. Pemetaan tentang tipe-tipe korupsi, baik yang di atur undang-undang, hingga yang tersamarkan oleh norma sosial dibedah dengan bernas dan mudah dipahami. Ia juga memberikan pengantar tentang instrumen Corruption Perceptions Indeks (CPI), yang merupakan instrumen paling populer yang dipakai oleh jejaring antikorupsi global sebagai mekanisme pengukuran korupsi di berbagai negara.
Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Bagus Pradana, MRDM, peneliti TII, yang mengajarkan pemetaan tentang Beneficial Ownership (BO). Sesi ini merupakan sesi yang paling seru, dimana para peserta melakukan praktik langsung untuk membongkar siapa orang di balik sebuah perusahaan. “Kadang, jika ada perusahaan yang mencemari lingkungan atau merusak suatu wilayah, kita tidak tahu siapa orang dibaliknya, karena seringkali saham-sahamnya di miliki oleh PT-PT juga. Nah, dengan analisis Beneficial Ownership (BO) kita bisa dapetkan nama orang, bukan sekadar nama PT. Kita bisa temukan nama pejabat, pengusaha, bahkan tokoh-tokoh agama ternyata terlibat dibalik perusahaan bermasalah”, ujar Bagus dalam sesi pelatihan.
Peserta di bagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing saling berlomba untuk menemukan nama orang paling berpengaruh di masing-masing perusahaan. Suasana pelatihan sangat riuh, karena masing-masing kelompok kadang menemukan hasil yang berbeda. Pelatihan ini mirip sekali dengan proses menemukan jarum dalam jerami, dimana butuh kejelian dan ketelitian untuk menemukan siapa yang ada di balik “cangkang” sebuah perusahaan, bahkan mengihitung berapa prosentase kepemilikannya.
Di akhir sesi, Lisda BR Girsang, mahasiswi dari Fakultas Hukum, Universitas Semarang (USM) menilai pelatihan semacam ini sangatlah penting dan bermanfaat bagi para mahasiswa, khususnya untuk mengoptimalkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan. “Cuma kalau bisa, ke depan daya tampungnya bisa lebih besar, banyak sekali teman saya yang tidak lolos. Saya memang merasa beruntung, tapi juga tidak enak dengan teman-teman yang tidak lolos”, ujar Lisda dengan penuh harapan.




0 Komentar