Pada hari Jumat, 8 November 2013, Duta Besar Agus Tarmidzi berceramah di program studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Diponegoro dengan tema “Hubungan Indonesia – Timor Leste: Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan”. Ia, antara lain, memulai ceramahnya dengan membahas pemikiran para pendiri Republik Indonesia, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Moh Yamin, tentang wilayah Indonesia setelah kemerdekaan nantinya. Duta Besar Tarmidzi yang pernah menjabat sebagai Dirjen ASEAN pada Kementrian Luar Negreri Republik Indonesia, lebih lanjut membahas mengenai perkembangan politik di wilayah Timor Portugis, setelah pemerintah jajahan Portugis berencana meninggalkan wilayah jajahannya tadi.
Kemudian, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss tadi membahas terjadinya perang saudara dan proses penggabungan bekas Timor Portugis dengan Indonesia. Selama bergabung dengan Indonesia, mulai 1976 sampai 1999, terjadi sejumlah protes dan perlawanan dari kalangan masyarakat wilayah Timor Timur terhadap pemerintah Indonesia. “Sebetulnya banyak kemajuan ekonomi dan pembangunan fisik yang dialami Timor Timur, propinsi Indonesia yang ke 26 pada waktu itu” ungkapnya. Namun demikian, pada waktu dilaksanakan jajak pendapat tahun 1999, mayoritas penduduk Timor Timur memutuskan untuk melepaskan diri dari Republik Indonesia dan membentuk negara sendiri. Duta Besar Tarmidzi, yang dalam ceramahnya didampingi seorang diplomat yunior, Wida Afriyani, berharap agar generasi muda Indonesia bisa memetik pelajaran dari hubungan Indonesia dengan Timor Leste pada masa lalu dan hal tersebut dapat dijadikan bekal dalam menjalin hubungan dengan negara –negara lain pada umumnya dan dengan Timor Leste pada khususnya, baik pada masa kini serta masa mendatang.
Walaupun sudah purna tugas, Duta Besar Agus Tarmidzi diberi tanggung jawab oleh Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia untuk membantu Timor Leste dalam rangka bergabung dengan ASEAN.
Sebelum acara ceramah berlangsung, Dekan FISIP Universitas Diponegoro, Drs. Agus Hermani, DS.MM memberikan sambutan, yang antara lain menyinggung arti penting jalinan yang kuat antara para teoritisi/akademisi dengan praktisi hubungan luar negeri ataupun hubungan internasional. Ia berharap hubungan baik antara Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNDIP dengan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia bisa terjalin semakin baik pada masa –masa mendatang karena menguntungkan kedua belah pihak.
0 Komentar