SEMARANG, suaramerdeka.com – Hubungan Internasional (HI) merupakan hal yang susah untuk dipahami, karena kita tidak dapat bersentuhan langsung dengan dunia HI. Selain itu, Negara dan Pemerintah merupakan dua istilah dalam Hubungan Internasional yang sering diperdebatkan.
Hal tersebut merupakan salah satu bahasan dalam Kuliah Umum “Metafisika dan Moralitas dalam Jurusan Hubungan Internasional” yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional Undip di ruang teater FISIP Undip, Jumat, (14/6).
Hadir dalam diskusi tersebut native speaker, Prof. Christopher Candland, PhD. selaku Associate Professor Departement of Political Science dari Wellesley College, Amerika Serikat. Menurutnya sebelum dapat mengerti apa itu HI, perlu diketahui terlebih dulu definisi yang jelas terhadap istilah-istilah yang ada dalam HI. Yang paling mendasar dari perbedaan metafisik dalam HI adalah antara sesuatu yang hidup dengan benda mati.
Setelah mengetahui definisi istilah barulah bisa membedakan instrumen pemerintah dan yang lainnya. Akan bisa diketahui siapa aktor dan apa yang mengaktor dalam HI. Dalam istilah di dunia HI negara merupakan sebuah cerminan alat ataupun institusi yang digunakan pemerintah sebagai aktornya.
“Seorang intelektual dapat dibagi menjadi dua, yaitu intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional adalah intelektual konvensional yang hanya mengerap dan mengikuti begitu saja apa yang dipelajarinya. Sedangkan intelektual organik merupakan intelektual yang hidup, yang tidak hanya memahami realitas HI, tetapi juga berusaha membuat dunia menjadi lebih baik” lanjut Christopher.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Prodi Hubungan Internasional, Reni Windiani mengatakan, “Kegiatan kuliah umum seperti ini sangat penting untuk mendapatkan tiga manfaat, antara lain memperluas wawasan dan cakrawala mahasiswa, memperkaya kemampuan bahasa inggris aktif mahasiswa, serta memperluas jaringan kerjasama dengan universitas-universitas bertaraf internasional. Kegiatan seperti ini sangat penting untuk mendapat dukungan dari universitas maupun rektor”.
sumber www.suaramerdeka.com
0 Komentar